Kata normal, normality, normalcy, norm, average dan abnormal masuk
ke daratan Eropa relatif belum lama. Kata-kata tersebut mulai diperkenalkan
dalam bahasa Inggris sekitar tahun 1840. Selanjutnya kata normal tersebut
dipakai secara luas antara tahun 1840-1860. Jika konsep normalitas yang selanjutnya
dibakukan dalam sebuah kata “normal” muncul di Eropa pada abad 19, lalu
pertanyaannya apa yang melatarbelakangi munculnya bempbentukan kata tersebut.
Jawabnya adalah ilmu statistik –salah satu cabang ilmu matematika. Menurut
Porter (1986), kata statistik muncul pertama kali pada tahun 1749 yang
diperkenalkan oleh Gottfried Achenwall sebagai aritmatik politik- penggunaan
data untuk kebutuhan negara dalam merancang kebijakan. Konsep ini kemudian
beralih fungsi dari bidang politik ke bidang kesehatan ketika Bisset Hawkins
memperkenalkan konsep medical statistik pada tahun 1829. Medical Statistik
adalah sebuah konsep penggunaan angka untuk menggambarkan kondisi kesehatan
seorang pasien.
Selanjutnya seorang ahli statistik Prancis Adolphe Quetelet
(1796-1849) membakukan konsep normalitas pada pola pikir masyarakat. Dia
mengatakan bahwa “law of error” yang digunakan oleh para ahli astronomi dalam
menentukan posisi bintang dengan menghitung masing-masing kekuatan cahaya dari
seluruh bintang dan kemudian mengukur rata-ratanya, juga dapat diaplikasikan
pada manusia untuk mengukur berat dan tinggi mereka. Kemudian Quetelet
merumuskan konsep yang diberi nama “l’homme moyen” atau manusia rata-rata.
Konsep manusia rata-rata ini kemudian diadopsi oleh seluruh masyarakat di
seluruh dunia, dimana ukuran rata-rata disesuaikan dengan kondisi masing-masing
masyarakat di setiap negara. Selain itu Quetelet juga memperkenalkan konsep
“kelompok dibawah rata-rata” yang dia sebut “les classes moyen”.
Dua teori normalitas yang disodorkan Quetelet tersebut yang
kemudian memunculkan konsep tentang kecacatan. Sebuah konsep yang didasarkan
pada karakteristik rata-rata manusia. Karakteristik yang lebih menekankan pada
kondisi fisik manusia seperti berat ,tinggi, dan bentuk tubuh. Maka jika ada
salah satu kelompok atau individu dalam masyarakat yang memiliki karakteristik
diluar karakteristik rata-rata, maka mereka digolongkan sebagai kelompok atau
individu yang “tidak normal”. Konsep ini kemudian berpengaruh pada pola pikir
masyarakat kita terutama para ahli kesehatan dalam melihat kecacatan. Mereka
berfikiran bahwa sesuatu yang berada diluar standard kenormalan harus dirubah
atau disesuaikan untuk menjadi normal. Maka konsep rehabilitasi fisik
ditawarkan oleh mereka sebagai solusi penyelesaian persoalan kecacatan. Operasi
medik dilakukan terhadap mereka yang memiliki bentuk kaki ataupun tangan yang
berbeda dari kebanyakan orang.
DEFINISI NORMALITAS PSIKOLOGI
Definisi normalitas psikologis seseorang adalah fungsi mental yang
akurat dan efisien, meliputi :
- Kognisi
- Motivasi
- Perilaku
- Emosi.
- Self Awareness
- Self Control
- Self Esteem
- Hubungan Sosial Berdasarkan Afeksi
- Produktivitas dan kreativitas
KRITERIA PRIBADI YANG NORMAL
Deskripsi tentang pribadi yang normal dengan mental yang sehat
dituliskan dalam satu daftar criteria oleh Maslow and mitelmann dalam bukunya “
Principle of Abnormal Psychology “, yang kami kutip antara lain sebagai berikut
:
- Memiliki perasaan aman (sense of security) yang tepat. Dalam suasana sedemikian dia mampu mengadakan kontak yang lancer dengan orang lain dalam berbagai bidang.
- Memiliki penilaian diri (self evaluation) dan insight/wawasan rasional. Memiliki harga diri yang cukup, dan tidak berkelebihan. Memiliki perasaan sehat secara moril, tanpa ada rasa-rasa berdosa dan memiliki kemampuan menilai tingkah laku manusia lain.
- Memiliki spontanitas dan emosionalitas yang tepat. Mampu menciptakan hubungan yang erat, kuat dan lama, seperti persahabatan, komunikasi social dan relasi cinta. Dia mampu mengekspresikam rasa kebencian dan kekesalan hatinya tanpa kehilanagan kontrol terhadap diri sendiri.
- Mempunyai kontak dengan relitas secara efisien. Yaitu kontak dengan dunia fisik/materil, tanpa ada fantasi dan angan-angan yang berlebihan, karena dia memiliki pandangan hidup yang realistis dan cukup luas tentang dunia manusia.
- Memiliki dorongan-dorongan dan nafsu jasmaniah yang sehat. Memiliki kemampuan untuk memenuhi dan memuaskannya. Ada kemampuan dan gairah untuk bekerja, tanpa dorongan yang berlebih-lebihan dan dia than menghadapi kegagalan-kegagalan, kerugian-kerugian dan kemalangan.
- Mempunyai pengetahuan diri yang cukup. Dia bisa menghayati motif-motif hidupnya dalam status sadar. Dia menyadari nafsu-nafsu dan hasratnya, cita-cita dan tujuan hidupnya yang realistis, dan bisa membatasi ambisi-ambisi dalam batasan-batasan kenormalan.
- Mempunyau tujuan/obyek hidup yang adekuat. Dalam artian, tujun hidup tersebut dapat bisa dicapai dengan kemampuan sendiri, sebab sifatnya realistis dan wajar.
- Memiliki kemampuan untuk belajar dri pengalaman hidupnya. Yaitu ada kemampuan menerima dan mengolah pengalamannya tidak secara kaku. Juga ada kesanggupan belajar secara spontan, serta bisa mengadakan evalusi terhadap kekuatan sendiri dan situasi yang dihadapinya, agar supaya ia sukses.
- Ada kesanggupan untuk memuaskan tuntutan-tuntutan dan kebutuhan dari kelompoknya tempat dia berada. Sebab dia tidak terlalu berbeda dari anggota kelompok lainnya (tidak terlampau menyimpang). Dia mampu mengekang nafsu-nafsu serta keinginan-keinginan yang dianggap sebagai tabu dan larangan oleh kelompoknya.
- Ada sikap emansipasi yang sehat terhadap kelompoknya dan terhadap kebudayaan. Namun demikian diamasih tetap memiliki originalitas (keaslian) serta individualitas yang khas dan bisa membedakan antara perbuatan buruk dan yang baik.
- Ada integrasi dalam kepribadian. Ada perkembangan dan pertumbuhan jasmaniah dan rohaniah yang bulat. Disamping itu dia memiliki moralitas dan kesadaran yang tidak kaku sifatnya flexsible terhadap group dan masyarakatnya.
Posting Komentar