Psikologi abnormal adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang berupaya untuk memahami pola
perilaku abnormal dan cara menolong orang-orang yang mengalaminya. Psikologi
abnormal mencakup sudut pandang yang lebih luas tentang perilaku abnormal
dibandingkan studi terhadap gangguan mental (atau psikologis).
MEMAHAMI PERILAKU ABNORMAL
Untuk memahami perilaku abnormal, psikolog menggunakan acuan DSM
(Diagnostic and statistical manual of mental disorder). DSM adalah sistem klasifikasi
gangguan-gangguan mental yang paling luas diterima. DSM menggunakan kriteria diagnostic spesifik
untuk mengelompokkan pola-pola perilaku abnormal yang mempunyai ciri-ciri
klinis yang sama dan suatu sistem evaluasi yang multiaksiel. Sistem DSM terdiri
dari dari 5 klasifikasi yang juga mempunyai kekuatan-kekuatan dan
kelemahan-kelemahan utama. Penilaian perilaku abnormal dapat ditelaah
menggunakan berbagai cara (metode) salah satunya metode-metode assessment yang
harus reliabel dan valid yang dapat diukur melalui beberapa cara yang tetap
memperhitungkan faktor-faktor budaya dan etnik yang juga penting untuk
dilakukan. Metode-metode tetap assessment meliputi wawancara klinis, tes
psikologi, assessment neuropsikologis, behavioral assessment dan assessment
kognitif. Selain itu para peneliti dan klinisi penting unuk mempelajari fungsi
fisiologis yang akan mengungkap bagaimana bekerjanya otak dan struktur dari
otak.
PENGELOMPOKAN DEFINISI ABNORMAL
- Pendekatan statistik, Di atas / di bawah normal di sebut “anormal” bukan abnormal. Istilah ini sering dipakai pada aliran behaviourisme dan kuantitatif
- Pendekatan Fungsional, Fungsi – fungsi kepribadian yang ada pada orang yang bersangkutan berada pada taraf yang optimal / tidak.
- Pendekatan Kultural, Pendekatan yang melihat abnormalitas dari sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat tertentu
KRITERIA YANG MENENTUKAN ABNORMALITAS
- Perilaku yang tidak biasa, Perilaku yang tidak biasa disebut abnormal . Hanya sedikit dari kita yang menyatakan melihat atau mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Hal seperti itu hamper dikatakan abnormal dalam budaya kita.
- Perilaku yang tidak dapat diterima secara social atau melanggar norma sosial, Setiap masyarakat memiliki norma – norma / standar yang menentukan jenis perilaku yang dapat diterima dalam beragam konteks tertentu. Perilaku yang dianggap normal dalam satu budaya mungkin dianggap abnormal dalam budaya lain. Satu implikasi dari mendasarkan definisi dari perilaku abnormal pada norma social adalah bahwa norma – norma tersebut merefleksikan standar yang relative bukan kebenaran universal.
- Persepsi atau tingkah laku yang salah terhadap realitas, Biasanya sistem sensori dan proses kognitif memungkinkan kita untuk membentuk representasi mental yang akurat tentang lingkungan sekitar.
- Orang – orang tersebut berada dalam stress personal yang signifikan, Kondisi stress personal yang diakibatkan oleh gangguan emosi seperti kecemasan, ketakutan atau depresi. Namun terkadang kecemasan dan depresi merupakan respon yang sesuai dengan situasi tertentu.
- Perilaku maladaptive, Perilaku yang menimbulkan ketidakbahagiaan dan membatasi kemampuan kita untuk berfungsi dalam peran yang diharapkan.
- Perilaku Berbahaya, Perilaku yang menimbulkan bahaya bagi orang itu sendiri atau orang lain.
PERSPEKTIF PSIKOLOGIS TENTANG PERILAKU ABNORMAL
- Model Psikodinamika, Disebut teori psikoanalisis (psychoanalyic theory), Dikemukakan oleh Sigmund Freud, Hipotesis Strukturalnya adalah keyakinan bahwa kekuatan – kekuatan yang saling bertentangan dalam kepribadian dapat dibagi menjadi 3 (tiga) struktur yaitu id, ego dan superego. Kesehatan mental adalah fungsi dari keseimbangan dinamis antara struktur – struktur psikis dari id, ego dan superego.
- Model – Model Belajar, Dikenal dengan teori behaviourisme. Dikemukakan oleh Ivan Pavlov dan John B. Watson. Berfokus pada refleks yang dikondisikan peran dari belajar dalam menjelaskan perilaku normal maupun abnormal. Dari perspektif belajar perilaku abnormal mencerminkan perolehan atau pembelajaran dari perilaku yang tidak sesuai dan tidak adaptif.
- Teori Kogniti – Sosial, Kontribusi teoritikus seperti Albert Bandura, Julian B Rotter dan Walter Mischel. Menekankan peran – peran dari proses berpikir atau kognisi dari belajar melalui pengamatan atau modeling dari perilaku manusia. Manusia memberi pengaruh pada lingkungannya sebagaimana lingkungan memberi pengaruh kepada mereka. Memperluas lingkup dari behaviourisme tradisional. Terlalu sedikit memberi penekanan pada kontribusi genetik terhadap perilaku gagal.
- Model Model Humanistik, Dikemukakan oleh Carl Rogers dan Abraham Maslow. Dalam diri terdapat dorongan untuk self actualization, untuk menjadi apapun yang mampu kita raih. Manusia sebagai actor dalam drama kehidupan bukan reactor. Keyakinan utamanya adalah bahwa perilaku abnormal adalah hasil dari perkembangan konsep tentang self terganggu.
- Model – model Kognitif, Model kognitif yang paling menonjol dalam pola perilaku abnormal adalah pendekatan pemrosesan informasi dan model – model yang dikembangkan oleh Psikolog Albert Ellis dan Psikiater Aaron Beck. Distress emosional disebabkan oleh keyakinan yang dimiliki oleh seseorang tentang pengalaman hidup mereka bukan apa yang dialami sendiri oleh mereka.
- Model Diatesis Stress, Diatesis adalah suatu kerentanan atau predisposisi terhadap gangguan tertentu. Mengemukakan bahwa masalah – masalah perilaku abnormal meliputi interaksi antara kerentanan dan peristiwa atau pengalaman kehidupan yang penuh stress.
FAKTOR – FAKTOR PENENTU ABNORMALITAS
Sebab – sebab perilaku Abnormal dapat ditinjau dari beberapa sudut,
misalnya berdasarkan tahap berfungsinya dan menurut sumber asalnya. Kedua macam
penggolongan tersebut disajikan sebagai berikut :
A. MENURUT TAHAP BERFUNGSINYA
Menurut tahap – tahap berfungsinya, sebab – sebab perilaku abnormal
dapat dibedakan sebagai berikut :
- Penyebab Primer (Primary Cause), Penyebab primer adalah kondisi yang tanpa kehadirannya suatu gangguan tidak akan muncul. Misalnya infeksi sipilis yang menyerang system syaraf pada kasus paresis general yaitu sejenis psikosis yang disertai paralysis atau kelumpuhan yang bersifat progresif atau berkembang secara bertahap sampai akhirnya penderita mengalami kelumpuhan total. Tanpa infeksi sipilis gangguan ini tidak mungkin menyerang seseorang.
- Penyebab yang Menyiapkan (Predisposing Cause), Kondisi yang mendahului dan membuka jalan bagi kemungkinan terjadinya gangguan tertentu dalam kondisi – kondisi tertentu di masa mendatang. Misalnya anak yang ditolak oleh orang tuanya (rejected child) mungkin menjadi lebih rentan dengan tekanan hidup sesudah dewasa dibandingkan dengan orang – orang yang memiliki dasar rasa aman yang lebih baik
- Penyebab Pencetus (Preciptating Cause), Penyebab pencetus adalah setiap kondisi yang tak tertahankan bagi individu dan mencetuskan gangguan. Misalnya seorang wanita muda yang menjadi terganggu sesudah mengalami kekecewaan berat ditinggalkan oleh tunangannya. Contoh lain seorang pria setengah baya yang menjadi terganggu karena kecewa berat sesudah bisnis pakaiannya bangkrut.
- Penyebab Yang Menguatkan (Reinforcing Cause), Kondisi yang cenderung mempertahankan atau memperteguh tinkah laku maladaptif yang sudah terjadi. Misalnya perhatian yang berlebihan pada seorang gadis yang ”sedang sakit” justru dapat menyebabkan yang bersangkutan kurang bertanggungjawab atas dirinya, dan menunda kesembuhannya.
- Sirkulasi Faktor – Faktor Penyebab, Dalam kenyataan, suatu gangguan perilaku jarang disebabkan oleh satu penyebab tunggal. Serangkaian faktor penyebab yang kompleks, bukan sebagai hubungan sebab akibat sederhana melainkan saling mempengaruhi sebagai lingkaran setan, sering menadi sumber penyebab sebagai abnormalitas . Misalnya sepasang suami istri menjalani konseling untuk mengatasi problem dalam hubungan perkawinan mereka. Sang suami menuduh istrinya senang berfoya – foya sedangkan sang suami hanya asyik dengan dirinya dan tidak memperhatikannya. Menurut versi sang suami dia jengkel keada istrinya karena suka berfoya – foya bersama teman – temannya. Jadi tidak lagi jelas mana sebab mana akibat.
B. MENURUT SUMBER ASALNYA
Berdasarkan sumber asalnya, sebab – sebab perilaku abnormal dapat
digolongkan sedikitnya menjadi tiga yaitu :
1. Faktor Biologis, Adalah berbagai keadaan biologis atau jasmani
yang dapat menghambat perkembangan ataupun fungsi sang pribadi dalam kehidupan
sehari – hari seperti kelainan gen, kurang gizi, penyakit dsb. Pengaruh –
pengaruh faktor biologis lazimnya bersifa menyeluruh. Artinya mempengaruhi
seluruh aspek tingkah laku, mulai dari kecerdasan sampai daya tahan terhadap
stress.
2. Faktor – faktor psikososial,
a. Trauma Di Masa Kanak – Kanak, Trauma Psikologis adalah
pengalaman yang menghancurkan rasa aman, rasa mampu, dan harga diri sehingga
menimbulkan luka psikologis yang sulit disembuhkan sepenuhnya. Trauma
psikologis yang dialami pada masa kanak – kanak cenderung akan terus dibawa
sampai ke masa dewasa.
b. Deprivasi Parental, Tiadanya kesempatan untuk mendapatka
rangsangan emosi dari orang tua, berupa kehangatan, kontak fisik,rangsangan
intelektual, emosional dan social. Ada beberapa kemungkinan sebab misalnya :1.
Dipisahkan dari orang tua dan dititipkan di panti asuhan, 2. Kurangnya
perhatian dari pihak orang tua kendati tinggal bersama orang tua di rumah.
c. Hubungan orang tua – anak yang patogenik, Hubungan patogenik
adalah hubungan yang tidak serasi, dalam hal ini hubungan antara orang tua dan
anak yang berakibat menimbulkan masalah atau gangguan tertentu pada anak.
d. Struktur keluarga yang patogenik, Struktur keluarga sangat
menentukan corak komunikasi yang berlangsung diantara para anggotanya. Struktur
keluarga tertentu melahirkan pola komunikasi yang kurang sehat dan selanjutnya
muncul pola gangguan perilaku pada sebagian anggotanya. Ada empat struktur
keluarga yang melahirkan gangguan pada para anggotanya:
1) Keluarga yang tidak mampu mengatasi masalah sehari-hari, Kehidupan
keluarga karena berbagai macam sebab seperti tidak memiliki cukup sumber atau
karena orang tua tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan secukupnya. 2) Keluarga yang antisosial, Keluarga yang menganut nilai – nilai
yang bertentangan dengan masyarakat luas. 3) Keluarga yang tidak akur dan keluarga yang bermasalah. 4) Keluarga yang tidak utuh, Keluarga dimana ayah / ibu yang tidak
ada di rumah, entah karena sudah meninggal atau sebab lain seperti perceraian,
ayah memiliki dua istri dll.
e. Stress berat, Stress adalah keadaan yang menekan khususnya
secara psikologis. Keadaan ini dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab, seperti :
1) Frustasi yang menyebabkan hilangnya harga diri
2) Konflik nilai
3) Tekanan kehidupan modern
3. Faktor – Faktor Sosiokultural
Meliputi keadaan obyektif dalam masyarakat atau tuntutan dari
masyarakat yang dapat berakibat menimbulkan tekanan dalam individu dan
selanjutnya melahirkan berbagai bentuk gangguan seperti :
a. Suasana perang dan suasana kehidupan yang diliputi oleh kekerasan,
b. Terpaksa menjalani peran social yang berpotensi menimbulkan
gangguan, seperti menjadi tentara yang dalam peperangan harus membunuh.
c. Menjadi korban prasangka dan diskriminasi berdasarkan
penggolongan tertentu seperti berdasarkan agama, ras, suku dll
PENGGOLONGAN DAN ASSESMENT PERILAKU ABNORMAL
Penggunaan menggunakan metode DSM (Diagnostic and Statistical
Manual Of Mental Disorders). Perlaku abnormal diperlakukan sebagai tanda –
tanda atau simtom – simtom dari patologi yang mendasari yang disebut dengan
ganggan mental.
1. Gangguan kecemasan (anxiety)
Adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang
mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.
Tipe - Tipe Gangguan Kecemasan :
- Agorafobia
- Gangguan panic tanpa agoraphobia
- Gangguan panic dengan agoraphobia
- Gangguan kecemasan menyeluruh
- Fobia Spesifik
- Fobia Sosial
- Gangguan Obsesif Kompulsif
- Gangguan Stress pasca Trauma
- Gangguan Stress Akut
2. Gangguan mood
Mood adalah kondisi keadaan yang terus ada yang mewarnai kehidupan
psikologis kita. Orang dengan gangguan mood akan mengalami gangguan mood yang
luar biasa parah atau berlangsung lama dan mengganggu kemampuan mereka untuk
berfungsi dalam memenuhi tanggungjawab secara normal.
Tipe – Tipe Gangguan Mood
a. Gangguan Depresi Mayor
b. Gangguan Distimik
c. Gangguan Bipolar
d. Gangguan Siklotimik
3. Gangguan Kepribadian
Adalah Pola Perilaku atau cara berhubungan dengan orang lain yang
benar – benar kaku. Kekakuan mereka menghalangi untuk menyesuaikan diri dengan
ketentuan eksternal.
Tipe – Tipe Gangguan Kepribadian
a. Gangguan kepribadian yang ditandai dengan perilaku aneh.
b. Gangguan kepribadian paranoid.
c. Gangguan kepribadian schizoid.
d. Gangguan kepribadian antisocial
e. Gangguan kepribadian ambang.
f. Gangguan kepribadian histronik.
g. Gangguan kepribadian Narsistik.
h. Gangguan kepribadian obsesif kompulsif.
4. Penyalahgunaan dan Ketergantungan Zat
Penyalahgunaan zat melibatkan pola penggunaan berulang yang
menghasilkan konsekwensi yang merusak. Penyalahgunaan zat dapat berlangsung
untuk periode waktu yang panjang dan meningkat menjadi ketergantungan zat.
5. Gangguan Makan
a. Anoreksia Nervosa dan Bulimia Nervosa
b. Gangguan makan berlebihan atau obesitas
6. Gangguan Identitas Gender
Adalah bagaimana seseorang merasa bahwa ia adalah seorang pria atau
wanita. Identitas gender secara normal didasarkan pada anatomi gender. Namun
pada gangguan identitas gender terjadi konflik antara anatomi gender seseorang
dengan odentitas gendernya
7. Skizofrenia
Adalah gangguan psikologis yang berhubungan dengan gila atau sakit
mental. Hal ini sering menimbulkan rasa takut. Skizofrenia menyerang jati diri
seseorang, memutus hubungan yang erat antara pemikiran dan perasaan serta
mengisinya dengan persepsi yang terganggu, ide yang salah dan konsepsi yang
tidak logis. Skizofrenia biasanya berkembang pada masa remaja akhir atau dewasa
awal tepat pada saat orang mulai keluar dari keluarga menuju dunia luar. Orang
yang mengidap skizofrenia semakin lama semakin terlepas dari masyarakat.
8. Gangguan Abnormal Pada Anak dan Remaja
Gangguan Perkembangan Pervasif
Menunjukkan gangguan fungsi dari berbagai area perkembangan.
Gangguan ini menjadi tampak nyata pada tahun – tahun pertama kehidupan.
Autisme
- ADHD
- Retardasi Mental
- Gangguan Belajar
- Gangguan komunikasi
- Gangguan Eliminasi
METODE – METODE PENANGANAN
- Terapi Psikodinamika, Sigmund Freud mengembangkan model psikoterapi yang disebut psikoanalisis. Terapi psikodinamika membantu individu untuk memperoleh insight mengenai, mengatasi konflik bawah sadar yang dipercaya merupakan akar dari perilaku abnormal.
- Terapi Humanistik, Berfokus pada pengalaman klien yang subyektif dan disadari. Bentuk utama dari terapi Humanistik adalah terapi berpusat pada individu (Person Centered Therapy) yang dikembangkan oleh Carl Rogers
- Terapi Kognitif, Diantaranya adalah terapi Rasional Emotif.
Posting Komentar